Siapa Sih Arthur Schopenhauer Itu? Kenalan Yuk!
Arthur Schopenhauer, seorang filsuf Jerman yang sering disebut sebagai bapak pesimisme modern, adalah sosok yang unik dan cukup kontroversial di zamannya. Lahir di Danzig (sekarang Gdansk, Polandia) pada tahun 1788, Arthur Schopenhauer tumbuh di tengah keluarga pedagang yang kaya raya dan berpendidikan. Bapaknya, Heinrich Floris Schopenhauer, adalah seorang pedagang sukses yang ambisius, sementara ibunya, Johanna Schopenhauer, adalah seorang penulis dan salonnière terkenal yang sering mengadakan pertemuan intelektual. Lingkungan ini memberinya akses ke dunia sastra dan pemikiran, namun juga membentuk karakternya yang melankolis dan seringkali soliter. Sejak kecil, ia sudah terlihat punya bakat intelektual yang luar biasa, tapi juga punya temperamen yang sulit, guys. Ayahnya meninggal dunia secara misterius saat Arthur masih remaja, yang semakin memperdalam sisi gelap dalam dirinya dan memperkuat pandangannya tentang kerapuhan hidup.
Pendidikan Arthur Schopenhauer terbilang elit dan kosmopolitan. Ia berkeliling Eropa, belajar di berbagai universitas seperti Göttingen dan Berlin, tempat ia terpapar pada pemikiran Immanuel Kant, yang kelak menjadi fondasi utama filosofinya. Kant-lah yang membuka matanya pada gagasan bahwa dunia yang kita alami hanyalah representasi dari realitas sejati, bukan realitas itu sendiri. Ini nih yang jadi cikal bakal konsep dunia sebagai kehendak dan representasi yang sangat ikonik dari Schopenhauer. Meskipun begitu, Schopenhauer punya caranya sendiri dalam mengolah gagasan Kant, menjadikannya sesuatu yang jauh lebih radikal dan, jujur aja, lebih suram. Dia percaya bahwa di balik semua fenomena yang kita lihat, ada sesuatu yang jauh lebih fundamental dan buta yang bekerja. Tapi sayangnya, di awal karirnya, pemikiran Arthur Schopenhauer kurang mendapatkan perhatian. Karyanya yang paling penting, The World as Will and Representation, terbit pada tahun 1818 (dan revisi tahun 1819), namun sayangnya gak laku keras dan bahkan sering diabaikan oleh para akademisi. Ia bahkan sempat mengajar di Universitas Berlin, di mana ia sengaja menjadwalkan kuliahnya bersamaan dengan kuliah Hegel, seorang filsuf yang sangat populer saat itu, dan berakhir dengan kelas kosong! Gila, kan? Ini menunjukkan betapa keras kepala dan percaya dirinya dia pada pemikirannya sendiri, meskipun dunia belum siap menerimanya. Namun, justru penolakan awal ini yang mungkin semakin memperkuat sifat pesimistisnya. Nah, kalau kalian penasaran kenapa pemikirannya yang awalnya dicuekin malah jadi super relevan dan dibicarakan banyak orang sekarang, yuk kita gali lebih dalam lagi konsep-konsep gila dari filsuf Jerman yang satu ini. Pemikirannya ini lho yang bikin banyak orang tercengang dan berpikir ulang tentang arti hidup, keinginan, dan kenapa sih kita ini sering merasa menderita. Pokoknya, kita bakal bedah habis-habisan kenapa sih pandangan Arthur Schopenhauer ini bikin kita mikir keras, guys, dan kenapa dia pantas banget buat jadi salah satu filsuf Jerman yang paling berpengaruh!
Dunia sebagai Kehendak dan Representasi: Inti Filosofinya
Nah, inti dari seluruh pemikiran Arthur Schopenhauer ada di mahakaryanya, The World as Will and Representation (Dunia sebagai Kehendak dan Representasi). Ini bukan cuma judul buku ya, guys, tapi bener-bener jadi lensa utama dia melihat dan menjelaskan alam semesta ini. Konsep ini bisa dibilang jadi pilar utama kenapa dia disebut filsuf Jerman yang unik dan mendalam. Menurut Schopenhauer, dunia yang kita alami sehari-hari, yang kita lihat, dengar, sentuh, dan pikirkan itu, hanyalah Representasi. Ini mirip banget sama gagasan Kant tentang fenomena: dunia yang tampak bagi kita melalui filter indra dan akal kita. Kita gak bisa mengakses noumena atau 'sesuatu dalam dirinya sendiri' secara langsung. Namun, Schopenhauer gak berhenti di situ. Dia justru bilang, di balik tirai representasi ini, ada sesuatu yang jauh lebih fundamental dan primal, yaitu Kehendak.
Apa itu Kehendak? Ini bukan cuma keinginan kita buat makan bakso atau beli sepatu baru ya, guys. Kehendak (atau Will dalam bahasa Inggris, Wille dalam bahasa Jerman) dalam konteks Schopenhauer itu adalah suatu daya penggerak yang buta, irasional, dan tanpa tujuan, yang mendasari segala sesuatu di alam semesta. Ini adalah kekuatan kosmis yang tidak sadar, yang terus-menerus mendorong, berjuang, dan menginginkan. Dari manusia, hewan, tumbuhan, sampai benda mati pun, semuanya digerakkan oleh Kehendak ini. Bayangin aja, dia melihat gunung meletus atau ombak memecah pantai itu sebagai manifestasi dari Kehendak yang sama, yang juga ada di balik dorongan kita untuk bertahan hidup, bereproduksi, atau mencapai tujuan. Jadi, Kehendak itu bukan sesuatu yang kita miliki, tapi justru kita adalah manifestasi dari Kehendak itu sendiri. Gila, kan? Kita cuma boneka dari kekuatan fundamental ini.
Pikiran Schopenhauer ini emang terinspirasi dari Kant, tapi dia membalikkan konsep 'noumena' Kant. Kalau Kant bilang kita gak bisa tahu noumena, Schopenhauer justru bilang kita bisa tahu noumena, dan itulah Kehendak. Bagaimana caranya? Nah, kita bisa 'merasakan' Kehendak ini dari dalam diri kita sendiri, melalui tubuh dan dorongan-dorongan naluriah kita. Saat kita merasakan lapar, haus, hasrat, atau rasa sakit, itulah manifestasi langsung dari Kehendak dalam diri kita. Kita gak bisa mengendalikan Kehendak ini sepenuhnya; ia lebih fundamental daripada akal kita. Akal dan intelek kita itu cuma pelayan dari Kehendak, bukan sebaliknya. Ini yang bikin Arthur Schopenhauer jadi seorang filsuf Jerman yang radikal banget, karena dia menempatkan rasionalitas di bawah dorongan buta yang tak sadar.
Konsep Kehendak ini juga menjelaskan kenapa hidup itu penuh penderitaan, yang bakal kita bahas lebih lanjut. Karena Kehendak ini buta dan selalu menginginkan, ia gak pernah bisa terpuaskan. Setiap kali kita mencapai suatu keinginan, Kehendak akan langsung menciptakan keinginan baru, dan siklus ini terus-menerus berulang. Ibaratnya, kita kayak hamster di roda, terus berlari tanpa henti. Jadi, baik dunia luar yang kita lihat (Representasi) maupun dorongan batin kita (Kehendak), semuanya mengarah pada kesimpulan bahwa hidup itu, pada dasarnya, adalah penderitaan yang tak ada habisnya. Ini dia yang bikin banyak orang nyebut Arthur Schopenhauer sebagai master pessimisme. Tapi bukan cuma sekadar ngeluh hidup, dia bener-bener bikin sistem filosofis yang kuat untuk menjelaskan kenapa kita bisa sampai pada kesimpulan ini. Dia adalah filsuf Jerman yang berani banget menantang pandangan optimis yang umum di zamannya, dan justru dengan itu, dia memberikan pemahaman yang mendalam tentang kondisi manusia. Makanya, kalau kamu mau ngerti akar dari perasaan
Lastest News
-
-
Related News
Peter Pan Horror: Twisted Characters You Won't Forget
Alex Braham - Nov 12, 2025 53 Views -
Related News
Mastering Project Finance: OSCDISCUDEMY SCSC Guide
Alex Braham - Nov 13, 2025 50 Views -
Related News
Pseiotisse Elevators: Find Experts In Saudi Arabia
Alex Braham - Nov 13, 2025 50 Views -
Related News
OSCP, SEO, CBT & CSCSEC: News And Shares
Alex Braham - Nov 13, 2025 40 Views -
Related News
PSE & Mutual Funds In Nepal: A Reddit Roundup
Alex Braham - Nov 13, 2025 45 Views